Rihlah Bareng MY Club
Oleh : Kak Hikmah
Minggu, 25 Desember 2008
Perum Darurrachmath, dihari yang sama pukul 08.30 WIB
Para aktivis berkumpul, hanya beberapa dari mereka yang on time biasalah WIB (Waktu Indonesia Bergeser), peserta satu persatu berdatangan, dengan tas ajaibnya sambil tersenyum menyapa para panitia, eit….tapi panitia kok belum banyak yang nongol. Pada kemana sih….? Tak berapa lama, angkot putih bergaris kecil hitam berhenti dan menurunkan para bidadari berjilbab panjang, alhamdulillah mereka datang jua.
Pukul 09.30 WIB
Awan hitam bergerak cepat dan tak berapa lama terdengar suara tetesan air bening dari langit satu persatu, segerombolan insan berlarian mencari tempat berteduh. Ada yang berlari ke pos satpam, berteduh di rumah Allah, bahkan dipelataran ruko-ruko dan rumah penduduk. Subhanallah walaupun demikian mereka tetap semangat bahkan tertanam dihati akan menjelajahi tempat Rihlah yang disepakati ke LABUHAN SONANG. Beberapa panitia menjalankan tugasnya masing-masing, selesai juga deh, tinggal berangkat……lets go….!!!
Pukul 10.30 WIB, diPondok Batu
Mereka telah dizona start, mekanisme yang sebelumnya dirancang dilakukan, akhwat ditengah yang diapit oleh ikhwan, sedangkan ikhawan didepan dan dibelakang, biasa toh…bidadarikan harus dijaga, agar tak terjadi hal-hal yang diluar dugaan.
Goa Heran, pukul 11.00 WIB
Zona kedua akan dilintasi menuju pantai nan elok rupawan, saking semangatnya beberapa paserta akhwat mengambil jalan yang agak menyimpang, panitia ternyata cukup jeli dan mengingatkan peserta tersebut. Tahu ngga’? jalan yang ini beda banget cukup unik,namanya aja unik goa heran, kru tafakur alam mengambil rute GOA, mereka berada digoa yang cukup dalam, bias dibilang GOA LINTASAN, seperti para serdadu mereka merayap melalui lobang kecil mencari jalan keluar, hh…uh…Allahu Akbar, alhamdulillah terlewati dengan sukses, tampaklah pantai nan elok. Lagi-lagi pujian dilantunkan, maha suci Allah yang menciptakan berjuta pesona keindahan, jadi teringat nih ayat-ayat cintaNya bahkan sering diulang-ulang di surah Ar-Rahman fabiayyi ‘ala irobbikuma tukadzdziban(nikmat-KU yang mana lagi yang kau dustakan?).
Pukul 11.10 WIB
Hamparan pesisir pantai menciptakan fatamorgana, ombak berkejar-kejaran menghempaskan buih-buihnya nan bening ketepian, bahkan ingin mengejar jari-jari kaki. Sambil menikmati pemandangan yang begitu indah, mereka tetap semangat dan tak terlena dengan panorama alam dipelupuk mata. Perjalanan masih panjang, tapi mata sudah dicuci denga segala hal yang indah.
Pukul 11.45 WIB
Zona yang terakhirpun ditempuh. Jalan yang dilalui begitu sempit, jika tidak hati-hati jurang yang disamping kanan akan menarik dan menenggelamkan makhluk yang jatuh kemulutnya, mereka berpegangan pada urat-urat pohon yang agak kokoh, alhamdulillah sampai juga ditempat tujuan.
Labuhan Sonang nan indah, pukul 12.00 WIB
Asap sudah memenuhi rongga mata dan hidung, ikan bakar matang diatas bara, para perut sudah terdengar mendentum dan bergendang, sesekali cacing perut bernyanyi minta diisi. Setelah aba-aba dari instruktur setiap kelompok sibuk mengambil tempat strategis untuk menyantap ikan bakar, dengan lahapnya mereka menikmati hidangan ala kadarnya itu, kebersamaan dan ukhuwahpun terbina, proses bagi-bagi dan barter makanan dilakukan jua, keadilan ditegakkan ‘lapar sama ditanggung,kenyang sama dirasa’ sungguh nikmatnya ukhuwah islamiyah.
Pukul 15.00 WIB, insiden kecil tak terelakkan
Matahari mulai condong ke barat, tak terasa waktu sudah sore, panitia memberikan isyarat untuk berkemas pulang, kemudian pemandu lapangan memberikan aba-aba, mereka berjalan mengikutinya, tiba-tiba jalan terhenti dan terdengar peekikan pemandu untuk merubah haluan jalan, pasang sudah naik jadi kemungkinan besar goa tertutup air, alternative lain “GUNUNG”.
Jalan kecil itu sangat licin dengan tanah yang berwarna kuning membuat tambahan corak pada pakaian mereka dan kaki mereka seperti diluluri oleh pelapis kue.
‘Au……’, rintihan salah seorang peserta sangat jelas, dia terkena duri, aduh dalam pula tuh…panitia menghampiri sikorban berusaha mengeluarkan duri yang menempel didaging telunjuknya sebelah kiri, yang lainnya melanjutkan perjalanan hanya 6 orang saja yang tinggal mengobati dan menenangkan sikorban, dasar siduri emang bandel, tak bergeming walaupun sudah berusaha dikeluarkan secara paksa tapi tetap saja tak bergerak, ya sudahlah akhirnya perjalanan dilanjutkan walaupun sikorban menahan sakit tapi tetap semangat melanjutkan perjalanan, tiba-tiba terdengar suara dentuman keras seperti buah kelapa yang jatuh dari pohonnya. Astaghfirullah rupanya salah satu panitia ada yang terpelet, alhamdulillah hanya lecet-lecet dikit, merekapun melanjutkan perjalanan kembali, perjalanan sudah sangat jauh tertinggal dengan tertatih-tatih mereka berusaha mempercepat langkah, akhirnya terkejar juga.
Puncak Gunung,Pukul 15.45 WIB
Mata kagum dan lalai sementara, pikiran jernih seolah-olah tiada masalah, subhanallah Maha Besar Allah, dialah PELUKIS yang sangat handal dan abadi, tumbuh-tumbuhan liar hijau seperti padang rumput yang terhampar luas, didepan terbentang pantai dengan ombak yang bergulung besar dihiasi dengan beberapa pulau kecil, ada yang berbentuk segitiga, sendok yang telengkup, masih banyak deh macam-macamnya kemudian disebelah kiri, belakang, dan kanan dikelilingi oleh bukit-bukit nan terjal yang disusun apik seperti barisan..tak terlukiskan lagi dengan kata sungguh sangat indah. Syukran ya Rabb, KAU tunjukkan pesona yang begitu indah yang kami tahu itu hanya sebagian kecil, tapi kami sudah sangat menikmatinya.
Dipuncak tersebut acara dilanjutkan dengan seonggok komentar-komentar dari peserta, pesan dan kesan diutarakan dan dipenghujung acara, do’a bersama dilantunkan dengan lafadz hamdalah acara ditutup.
Pukul 16.30 WIB, kembali dengan selamat
Perjalanan dilanjutkan menuruni kaki gunung, alhandulillah sampai juga, mereka saling salama-salaman dan ucapan perpisahan terdengar serentak, angkot yang dicakter sudah datang, peserta berhamburan dan berdesakan berusaha menaiki angkot yang berukuran 5X2 meter itu, tinggallah panitia yang menunggu trip terakhir, dari kejauhan angkot putih itu perlahaan-lahan mendekat, perpisahan sacral dengan alampun terjadi sambil melambaikan tangan, azzam tertancap dihati “kan ku taklukkan kau kembali”